Jumat, Mei 10, 2024
28 C
Indramayu
BerandaPendidikanHewan Punah Ekidna Muncul Lagi di Papua Setelah 60 Tahun Hilang

Hewan Punah Ekidna Muncul Lagi di Papua Setelah 60 Tahun Hilang

spot_img

Sekbernews.id – SENTANI Para ilmuwan dari Universitas Oxford telah menemukan kembali spesies mamalia yang telah lama hilang, Ekidna moncong panjang (Zaglossus attenboroughi), di Pegunungan Cyclops, Sentani, Kabupaten Jayapura. Ekidna ini, juga dikenal sebagai Ekidna moncong panjang Cyclops, merupakan salah satu dari tiga spesies genus Zaglossus yang terdapat di Papua.

Penemuan spesies mamalia yang diduga punah itu ditemukan dalam kegiatan training biodiversity antara BRIN, BKSDA Papua, Universitas Cenderawasih, dan Universitas Oxford pada Juni dan Juli 2023 di Papua.

Spesies ini dijuluki dengan nama Sir David Attenborough sebagai bentuk penghormatan, dan memiliki ciri khas mirip gabungan antara landak, trenggiling, dan tikus tanah, dengan duri seperti landak, moncong mirip trenggiling, dan kaki seperti tikus tanah. Ekidna ini tercatat sebagai anggota terkecil dari genusnya, dengan lima kuku pada kaki depan dan belakang serta bulu pendek yang lebat.

Penemuan ini terjadi lebih dari 60 tahun setelah ekidna ini terakhir kali tercatat. James Kempton, seorang ahli biologi, menemukan gambar makhluk kecil ini di semak-semak hutan pada kartu memori terakhir yang diambil dari lebih dari 80 kamera jarak jauh. Kempton menggambarkan penemuannya sebagai momen euforia dan lega setelah penelitian panjang di lapangan tanpa hasil hingga hari terakhir ekspedisi.

Mamalia ini dikenal sebagai hewan pemalu, penghuni liang di malam hari, dan sulit ditemukan. Mereka merupakan bagian dari kelompok monotremata, sebuah kelompok mamalia bertelur yang terpisah dari mamalia lainnya sekitar 200 juta tahun yang lalu.

Ekidna ini tercatat hanya satu kali secara ilmiah sebelumnya oleh seorang ahli botani Belanda pada tahun 1961. Spesies echidna yang berbeda ditemukan di seluruh Australia dan dataran rendah New Guinea. Tim Kempton, selama ekspedisi, mengalami berbagai tantangan seperti gempa bumi, malaria, dan bahkan lintah yang menempel di bola mata. Mereka bekerja sama dengan warga desa setempat, Yongsu Sapari, untuk menavigasi dan menjelajahi daerah terpencil di timur laut Papua.

Ekidna ini memiliki peran penting dalam budaya lokal, termasuk tradisi yang mengatakan bahwa konflik diselesaikan dengan mengirim satu pihak ke hutan untuk mencari mamalia ini dan pihak lain ke laut untuk mencari marlin. Kedua makhluk ini dianggap sangat sulit ditemukan sehingga sering membutuhkan waktu puluhan tahun atau satu generasi untuk menemukannya. Namun, jika ditemukan, mereka melambangkan akhir konflik dan kembalinya hubungan yang harmonis.

Ikuti Sekbernews.id di Google News.

Duljanihttp://sekbernews.id
Redaktur yang menulis artikel berbagai topik di Sekbernews.id.
Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terkini