Sekbernews.id – JAKARTA Jakarta, 13 November 1998, menjadi hari yang dikenang sebagai Tragedi Semanggi I, sebuah peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia.
Meski 25 tahun telah berlalu, namun luka dan ingatan tentang kejadian itu tetap hidup dalam memori banyak orang.
Hari ini, kita mengenang peristiwa tersebut dengan mengingat kembali apa yang terjadi dan dampaknya yang masih dirasakan hingga saat ini.
Latar Belakang Tragedi Semanggi
Tragedi Semanggi berawal dari ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan transisi Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie.
Pada November 1998, pemerintah mengadakan Sidang Istimewa MPR untuk menentukan pemilu berikutnya dan membahas agenda pemerintahan.
Namun, mahasiswa dan masyarakat menolak Sidang Istimewa tersebut, serta menentang Dwi Fungsi ABRI yang dianggap sebagai sumber masalah bangsa.
Mereka mendesak untuk menyingkirkan militer dari politik dan membersihkan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.
Peristiwa 13 November 1998
Pada 13 November 1998, puluhan ribu mahasiswa dan masyarakat sudah bergabung di area Semanggi dan sekitarnya, termasuk di depan kampus Universitas Atma Jaya Jakarta.
Mereka menuntut perubahan dan transparansi dalam pemerintahan. Namun, situasi berubah menjadi tragis ketika aparat keamanan menggunakan kekerasan untuk membubarkan massa.
Tembakan dilepaskan, menyebabkan beberapa mahasiswa tertembak dan meninggal seketika di tempat. Salah satu korban meninggal pertama adalah Teddy Wardhani Kusuma, mahasiswa Institut Teknologi Indonesia (ITI).
Total korban jiwa mencapai 17 orang, termasuk mahasiswa dan warga sipil.
Dampak Jangka Panjang
25 tahun setelah peristiwa itu, keluarga korban, seperti Asih Widodo, ayah dari Sigit Prasetyo yang meninggal dalam tragedi tersebut, masih mencari keadilan.
Widodo menyatakan kekecewaannya terhadap negara yang belum memberikan keadilan yang layak. Dia menunjukkan bagaimana kasus ini menjadi simbol ketidakadilan yang lebih besar dalam sistem.
Meskipun telah berlalu bertahun-tahun, tragedi ini masih menjadi simbol perjuangan mahasiswa dan masyarakat dalam menuntut perubahan dan keadilan.
Refleksi
Tragedi Semanggi tidak hanya menjadi catatan kelam dalam sejarah Indonesia, tapi juga pengingat tentang pentingnya kebebasan berbicara dan hak asasi manusia.
Ini merupakan simbol perjuangan dan pengorbanan rakyat untuk demokrasi yang lebih baik. Saat kita memperingati peristiwa ini, mari kita ingat semua yang telah hilang dan berjuang untuk masa depan yang lebih adil dan transparan bagi Indonesia.