Tuesday, November 26, 2024
HomeNasionalHarga Beras Diprediksi Sulit Turun, Ini Sebabnya

Harga Beras Diprediksi Sulit Turun, Ini Sebabnya

Sekbernews.id – JAKARTA Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan bahwa biaya pokok produksi beras di tingkat petani terus meningkat, berdampak pada kenaikan harga jual beras di pasaran.

Menurutnya, faktor ini menjadi salah satu kendala sulitnya menurunkan harga beras. Arief juga menyoroti tren kenaikan harga beras di dunia yang saat ini mencapai USD 650-670 per metrik ton.

“Terkait harga beras nantinya, variabel cost sudah mengalami kenaikan, mulai dari pupuk, harian orang kerja, BBM, dan unsur produksi lainnya. Ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Lihat saja harga beras di luar negeri sudah menyentuh USD 650-670 per metrik ton,” ujar Arief dalam keterangannya, Sabtu (25/2/2024).

Meskipun sulit meramalkan penurunan harga beras seperti 2-3 tahun lalu, Arief menekankan pentingnya menjaga ketersediaan stok beras yang cukup. Dia menyatakan bahwa pihaknya tengah bersiap menghadapi panen raya beras, di mana Perum Bulog akan menyerap hasil panen petani dalam negeri.

Proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produksi beras pada Maret mendatang diperkirakan mencapai 3,51 juta ton dengan luas panen 1,15 juta hektar. Arief menekankan fokus pada bagaimana menjaga harga di tingkat petani agar tidak jatuh terlalu dalam saat panen tiba.

“Saat panen mulai naik, harga di petani kita akan jaga agar tidak sampai jatuh terlalu dalam. Ini merupakan tugas NFA dalam menjaga keseimbangan dari hulu sampai hilir, di mana petani senang dan semangat menanam, lalu penggiling dapat pasokan GKP (Gabah Kering Panen) serta masyarakat juga bisa membeli beras dengan harga baik,” tambah Arief.

Bantahan terkait bantuan pangan beras juga disampaikan oleh Arief. Dia membantah klaim bahwa penyaluran bantuan pangan beras membuat sebaran beras menipis di pasaran. Menurutnya, program bantuan pangan beras mencakup hampir sepertiga populasi Indonesia, dengan bantuan disalurkan kepada 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM).

“Program bantuan pangan beras ini, memang harus dilaksanakan oleh negara kepada 22 juta KPM tiap bulannya. Dengan ini, sedikit banyak dapat menahan demand masyarakat terhadap konsumsi beras,” kata Arief.

Dia juga menegaskan bahwa stok beras nasional tidak terganggu dengan penyaluran bantuan pangan, dengan stok mencapai 1,4 juta ton hingga 19 Februari. Arief optimis bahwa produksi beras nasional terus diakselerasi oleh Kementerian Pertanian.

Basnursyahhttps://sekbernews.id
Jurnalis Sekbernews.id yang menulis tentang berita nasional, pemerintahan, serta politik.
Berita Terkait

terbaru