Sekbernews.id – MATARAM Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, menjadi sorotan karena sering menyebut angka 2 dalam acara Pengukuhan Relawan Moderasi Beragama dan Deklarasi Pemilu Damai di Lapangan Sangkareang, Mataram, NTB. Ucapannya tersebut direspons oleh Ketua Bawaslu NTB, Itratip, yang mengaku tidak memahami maksud di balik pengulangan angka 2.
“Saya tidak tahu apa yang dimaksud oleh Menag Yaqut. Nanti, jika saya atau rekan-rekan meminta klarifikasi, tentu akan ada penjelasan yang berbeda,” ujar Itratip dalam kesempatan tersebut pada Selasa (26/12/2023).
Selain menyebut angka 2, Gus Yaqut juga mengeluarkan imbauan untuk ‘berada di tengah-tengah’ beberapa kali. Menurut Itratip, frasa tersebut merupakan definisi dari moderasi beragama yang sedang dijelaskan oleh Gus Yaqut. Itratip juga menegaskan bahwa munculnya beragam penafsiran atas pernyataan tersebut merupakan hak publik.
“Definisi kata moderasi cenderung seperti itu (berada di tengah-tengah). Jika ada penafsiran lain di luar definisi itu, itu merupakan hak publik,” jelas Itratip.
Sebelumnya, Gus Yaqut menyampaikan angka 2 hampir lima kali dalam acara tersebut. Para peserta yang hadir memberikan tepuk tangan sebagai tanggapan atas setiap penyebutan angka 2 oleh Yaqut.
“Saya hanya ingin menyampaikan dua hal,” ujar Gus Yaqut diikuti dengan tepuk tangan dari ribuan relawan moderasi beragama NTB yang hadir.
Namun, Gus Yaqut meminta agar para peserta tidak bersorak terlalu dini, menyatakan, “Kok tepuk tangan? Saya belum berbicara, saya baru akan menyampaikan dua hal,” sambil tersenyum ringan.
Dua hal yang diungkapkan oleh Gus Yaqut adalah tentang tantangan dalam tugas relawan moderasi beragama yang tidaklah mudah dan perlunya Indonesia memiliki pemimpin yang kuat. Gus Yaqut juga menekankan kepada relawan untuk selalu memegang posisi di tengah-tengah.
“Moderasi itu bukan perkara mudah. Harus berada di posisi tengah, konstan di tengah. Tidak boleh condong ke kiri atau ke kanan. Berada di tengah-tengah itulah moderasi. Mengerti?” tegas Yaqut.
“Terutama bagi relawan moderasi. Tentu saja tidak ada bayaran, tidak ada gaji, namun harus memegang posisi tengah sesuai arahan pimpinan. Begitu kan?” tambahnya.
Gus Yaqut juga menyoroti adanya dua kutub yang saling berlawanan di Indonesia saat ini, yakni kutub ekstrem di satu sisi dan kutub liberal di sisi lainnya.
“Kita tidak boleh terlalu ekstrem, juga tidak boleh terlalu liberal. Kita harus, sekali lagi, berada di tengah-tengah. Itu adalah moderasi antara dua kutub yang berbeda secara ekstrem,” papar Yaqut.
“Ada dua hal yang ingin saya sampaikan, tidak lebih dari itu. Hanya dua,” lanjutnya.