Sekbernews.id – JAKARTA Maraknya insiden kebocoran data di berbagai negara semakin menambah beban tanggung jawab para pejabat negara dalam menjaga kerahasiaan dan integritas informasi negara.
Baru-baru ini, ramai diberitakan, Pusat Data Nasional (PDN) terkena virus ransomware sehingga data-data yang ada didalamnya bocor di tangan peretas.
Publik kemudian menuntut tanggung jawab Menkominfo dan BSSN karea tidak mampu menjaga integritas program yang menyebabkan data penduduk Indonesia diambil asing.
Di sejumlah negara, beberapa pejabat memilih untuk mundur dari jabatannya sebagai bentuk tanggung jawab atas kebocoran data yang terjadi di institusinya.
Berikut adalah beberapa pejabat negara yang memutuskan untuk mengundurkan diri akibat kebocoran data.
Toichiro Mizushima
Sistem Layanan Pensiun Jepang mengalami kebocoran data sekitar 1,25 juta kasus data pribadi, termasuk nama, nomor identifikasi, tanggal lahir, dan alamat.
Kebocoran ini terjadi akibat email eksternal yang diakses oleh pegawai, yang menyebabkan Toichiro Mizushima, Presiden Sistem Pensiun Jepang, mengundurkan diri dari jabatannya.
Katherine Archuleta
Pada tahun 2015, Kantor Manajemen Personalia AS mengalami peretasan besar-besaran, dengan bocornya data pribadi lebih dari 22 juta warga Amerika, termasuk nomor jaminan sosial dan data sensitif lainnya.
AS mengidentifikasi Tiongkok sebagai tersangka, namun Kementerian Luar Negeri Tiongkok membantahnya. Insiden ini menyebabkan Katherine Archuleta, Direktur Kantor Manajemen Personalia AS, mengundurkan diri.
Anders Ygeman dan Anna Johansson
International Business Machine (IBM) memberikan sejumlah data kepada subkontraktor di Republik Ceko dan Serbia tanpa izin dari aparat keamanan Swedia.
Data tersebut mencakup rincian tersangka kriminal, saksi kasus kriminal, perempuan yang hidup di bawah ancaman kematian, serta rincian kendaraan militer dan polisi.
Kejadian ini menyebabkan Anders Ygeman, Menteri Dalam Negeri, dan Anna Johansson, Menteri Infrastruktur, mengundurkan diri.