Sekbernews.id – JAKARTA Cuaca panas yang melanda Indonesia belakangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan mendalam terkait fenomena ini.
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, pada Selasa (7/5/2024) suhu udara yang meningkat adalah hasil dari pemanasan permukaan akibat berkurangnya pembentukan awan dan curah hujan. Hal ini terjadi sebagai dampak dari peralihan musim dari hujan ke kemarau.
Pada periode ini, pagi hari cenderung cerah, diikuti siang yang terik dengan pertumbuhan awan pesat, kemudian disusul hujan menjelang sore atau malam.
Tak hanya itu, kelembaban yang relatif tinggi pada periode peralihan musim juga menyebabkan kondisi gerah, terutama pada malam hari jika langit masih tertutup awan. Namun, hujan yang mulai turun membawa angin segar dan menurunkan suhu udara.
Meskipun cuaca panas terasa ekstrem, BMKG menegaskan bahwa hal ini bukanlah akibat dari gelombang panas atau heatwave.
Karakteristik maritim Indonesia dengan laut yang hangat serta topografi pegunungan menjadi faktor utama yang mencegah terjadinya gelombang panas di wilayah kepulauan ini.
Gerakan udara yang naik diakibatkan oleh kondisi maritim dan topografi tersebut, sehingga hujan dapat menjadi penyangga peningkatan temperatur secara ekstrem.
Sebaliknya, fenomena gelombang panas terjadi di sebagian besar negara Asia, disebabkan oleh tiga faktor utama. Pertama, gerakan semu matahari yang berada di atas lintang 10 derajat Utara pada akhir April dan awal Mei menyebabkan penyinaran matahari sangat terik.
Kedua, anomali iklim El Nino 2023/2024 turut berkontribusi dengan meningkatkan suhu hingga 2 derajat di atas normal pada periode Maret-Mei. Dan ketiga, pemanasan global yang secara bertahap meningkatkan suhu udara dari tahun ke tahun.
Dengan kombinasi ketiga faktor ini, suhu udara di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menjadi sangat ekstrem pada April-Mei ini.
Meski demikian, BMKG terus memantau kondisi cuaca dan memberikan informasi yang diperlukan kepada masyarakat untuk menghadapi dampak dari perubahan iklim yang semakin nyata.