Sekbernews.id – AMERIKA SERIKAT Sehat Sutardja, salah satu pendiri Marvell Technology, perusahaan chip ternama asal Amerika Serikat, wafat pada usia 63 tahun, tepatnya pada Rabu (18/9/2024) kemarin.
Informasi mengenai wafatnya Sutardja disampaikan oleh Alphawave IP Group, perusahaan tempat Sutardja menjabat sebagai anggota dewan direksi, yang terdaftar di Bursa Efek London.
Dalam pernyataannya yang dikutip dari Morningstar pada Kamis, 19 September, Alphawave menyampaikan duka cita mendalam. “Dr. Sutardja adalah sosok pionir dalam industri semikonduktor dan pemimpin penting di Alphawave Semi.
Kehilangannya akan dirasakan di seluruh sektor teknologi dan kegiatan filantropi yang ia jalankan di berbagai belahan dunia,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
Sehat Sutardja dikenal sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam pengembangan chip di Amerika Serikat. Lahir di Jakarta pada tahun 1961, Sutardja mendirikan Marvell Technology pada tahun 1995 bersama saudara laki-lakinya, Pantas Sutardja, dan istrinya, Weili Dai.
Dedikasi dan ketekunan Sutardja di bidang sains dan teknologi membawanya menjadi pemimpin terdepan dalam perusahaan tersebut.
Menurut laporan dari Sharecast, perjalanan Sutardja ke Amerika dimulai pada tahun 1980 ketika ia memutuskan untuk melanjutkan studi di Iowa State University, mengambil jurusan teknik elektro.
Setelah menyelesaikan pendidikan di sana, ia melanjutkan meraih gelar Magister Sains dan Doktor dalam bidang teknik elektro dan ilmu komputer di University of California, Berkeley. Di universitas inilah ia bertemu dengan Weili Dai, yang kemudian menjadi istrinya sekaligus rekan bisnis dalam mendirikan Marvell Technology Group.
Pada tahun 2016, Sutardja dan Dai memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan yang mereka bangun bersama.
Dalam sebuah podcast yang dipandu oleh Akbar Faizal beberapa bulan yang lalu, Sutardja diungkapkan sebagai salah satu diaspora yang memiliki paspor Amerika Serikat.
Sutardja pernah menyatakan keinginannya untuk berkontribusi dalam pengembangan sains dan teknologi di Indonesia. Namun, impian tersebut tidak sepenuhnya terwujud, sehingga ia melanjutkan karier bisnisnya di Singapura.