Sekbernews.id – Hari ini, 10 November 2024 diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional. Peringatan tahunan ini merupakan peringatan bersejarah mengenang para pahlawan yang gugur dalam masa kemerdekaan Indonesia.
Salah satu peristiwa di era kemerdekaan yang memicu peringatan ini adalah Pertempuran SUrabaya pada 10 November 1945, dimana para pejuang banyak yang gugur di tangan penjajah.
Ada salah satu pejuang yang dikenal sebagai orator ulung, yang mengobarkan semangat perjuangan pada saat itu. Namanya Bung Tomo yang lewat radio mampu membakar semangat para pejuang kemerdekaan.
Sutomo, yang lebih dikenal dengan nama Bung Tomo, adalah tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Lahir pada tanggal 3 Oktober 1920 di Surabaya, Jawa Timur, Bung Tomo memainkan peran krusial selama periode revolusi nasional Indonesia, terutama dalam Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
Peranannya tidak hanya sebagai pejuang, tetapi juga sebagai orator yang membara, menginspirasi banyak orang Indonesia untuk berjuang melawan penjajah.
Kehidupan Awal dan Pendidikan
Bung Tomo mengawali pendidikannya di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) dan melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Semasa muda, ia sudah aktif dalam kegiatan jurnalistik dan politik.
Ia terlibat dalam berbagai organisasi pemuda dan sering kali menulis di berbagai media masa, mengkritik kolonialisme dan mengadvokasi kemerdekaan.
Peran dalam Revolusi Kemerdekaan
Pada masa pendudukan Jepang, Bung Tomo mulai dikenal luas karena kegiatan penyiarannya yang memprovokasi semangat nasionalisme.
Ketika Jepang menyerah pada tahun 1945 dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, situasi politik dan militer menjadi sangat tegang.
Bung Tomo menjadi salah satu tokoh utama dalam mengorganisir dan memotivasi rakyat Surabaya untuk melawan kembali penjajahan oleh Belanda.
Pertempuran Surabaya
Pertempuran Surabaya adalah salah satu peristiwa paling berdarah dalam revolusi Indonesia. Bung Tomo dengan gigih menggalang kekuatan rakyat dan memimpin perlawanan.
Melalui siaran radio, ia membangkitkan semangat perjuangan dengan kata-kata yang membara. “Merdeka atau Mati!” dan “Hancurkan penjajah!” menjadi slogan yang memotivasi pejuang Indonesia.
Masa Setelah Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan, Bung Tomo terus aktif dalam politik. Ia sempat mengalami pasang surut dalam karir politiknya, termasuk saat ia ditahan pada masa Demokrasi Terpimpin di bawah Soekarno karena dianggap memiliki pengaruh yang terlalu kuat.
Warisan dan Penghormatan
Bung Tomo meninggal pada tanggal 7 Oktober 1981 di Jakarta. Meskipun ia menghadapi banyak tantangan, termasuk penahanan dan pengasingan politik, namanya tetap dihormati sebagai pahlawan nasional.
Sosoknya diingat sebagai simbol perjuangan dan keteguhan hati dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Bung Tomo tidak hanya dikenang sebagai seorang pejuang, tetapi juga sebagai orator yang luar biasa, yang kata-katanya mampu membangkitkan jiwa nasionalisme.
Dia adalah contoh nyata dari keberanian dan dedikasi yang tidak kenal lelah dalam memperjuangkan kebebasan dan kedaulatan bangsa Indonesia.