Sekbernews.id – Sebuah tarian cahaya menawan menghiasi langit di wilayah kutub dan lintang tinggi, membentuk berkas, pita, atau tirai yang menggetarkan jiwa.
Aurora Borealis dan Aurora Australis, dua jenis fenomena Aurora yang memukau, menyuguhkan spektakel alam yang mengagumkan dengan warna-warna merah, hijau, dan ungu yang mempesona.
Menurut informasi yang disampaikan oleh Buletin LAPAN, Aurora, juga dikenal sebagai Polar Lights, sering kali memperlihatkan keanggunannya di daerah kutub dan lintang tinggi. Fenomena Aurora, yang terdiri dari Aurora Borealis dan Aurora Australis, menciptakan keajaiban cahaya yang menakjubkan.
Dikutip dari Buletin ‘Fenomena Bercahaya di Angkasa’ yang diterbitkan oleh Pusat Sains Antariksa LAPAN BRIN, Aurora adalah peristiwa alam yang memperlihatkan kemunculan cahaya di atmosfer Bumi, menyerupai tarian cahaya yang menawan dengan warna-warna yang memukau.
Menurut Kamus Meteorologi, Aurora adalah hasil dari radiasi atmosfer atas yang terjadi secara sporadis di daerah lintang tinggi dan menengah.
Radiasi ini disebabkan oleh molekul Nitrogen (N2), ion Nitrogen (N2), dan atom oksigen (O2), yang sering dikaitkan dengan aktivitas badai magnet. Aurora biasanya tampak sebagai berkas, pita, atau tirai, dengan warna dominan merah, hijau, dan ungu.
Perbedaan Antara Aurora Borealis dan Aurora Australis
Aurora Borealis merupakan fenomena Aurora yang terlihat di sekitar lingkar kutub utara. Cahaya yang mempesona ini disebabkan oleh interaksi antara medan magnet listrik dengan partikel di atmosfer di sekitar kutub utara, menciptakan pemandangan indah berupa selempang cahaya berwarna merah, hijau, atau putih.
Di sisi lain, Aurora Australis adalah fenomena yang terlihat di sekitar lingkar kutub selatan. Cahaya yang memukau ini dihasilkan oleh interaksi antara medan magnet listrik dan lapisan ionosfer di sekitar kutub selatan, membentuk pemandangan luar biasa berupa selempang cahaya dengan warna merah, hijau, atau putih.
Menurut laporan Buletin ‘Cuaca Antariksa’ dari Pusat Sains Antariksa LAPAN BRIN, awalnya dipercayai bahwa fenomena Aurora hanya terjadi di belahan utara Bumi.
Namun, James Cook berhasil mengamati fenomena serupa di belahan selatan Bumi dan menyebutnya sebagai Aurora Australis.
Proses Terjadinya Fenomena Aurora
Fenomena Aurora terjadi ketika partikel bermuatan yang dilepaskan oleh Matahari, seperti lontaran massa korona (CME) atau lubang korona, mencapai Bumi. Partikel tersebut berinteraksi dengan medan magnet Bumi, menghasilkan tarian cahaya yang memukau di langit.
Partikel bermuatan ini dipercepat oleh angin Matahari dan bergerak menuju kutub Bumi, membentuk cincin oval di sekitar kedua kutub. Mereka bergerak secara spiral mengikuti garis medan magnet Bumi.
Ketika partikel bermuatan masuk ke atmosfer Bumi, mereka berinteraksi dengan gas-gas di atmosfer, terutama di sekitar kutub magnet Bumi.
Interaksi ini menyebabkan gas-gas tersebut tereksitasi, melepaskan energi dalam bentuk foton dengan berbagai panjang gelombang, menciptakan pendar cahaya warna-warni yang memukau di langit.