Sekbernews.id – Laporan dari Center for Countering Digital Hate mengungkapkan bahwa konten terkait pemilu Amerika Serikat yang memuat informasi palsu atau menyesatkan, disebarkan oleh Elon Musk, telah mencapai lebih dari 2 miliar penayangan di platform media sosial X sepanjang tahun ini.
Dikutip pada Rabu (6/11/2024) para pakar pemilu dan disinformasi menyatakan bahwa platform tersebut memainkan peran penting dalam menyebarkan kabar hoaks yang berhubungan dengan negara bagian strategis, yang berpotensi memengaruhi hasil pemilihan presiden.
Perwakilan X menyebutkan bahwa fitur Catatan Komunitas di platform tersebut memberi kesempatan bagi pengguna untuk menambahkan konteks tambahan pada unggahan. Fitur ini dinilai lebih efektif dalam membantu warganet mengenali informasi hoaks dibandingkan hanya dengan peringatan label biasa.
Sejak mengakuisisi Twitter dan mengubahnya menjadi X, Musk telah membatasi moderasi konten serta melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap ribuan staf. Ia juga secara terbuka mendukung mantan presiden Donald Trump, yang kini bersaing ketat dengan Kamala Harris dari Partai Demokrat.
Dengan jumlah pengikut hampir mencapai 203 juta, Musk dapat menciptakan efek jaringan, di mana konten yang diunggah di X meluas ke media sosial dan aplikasi perpesanan lain seperti Reddit dan Telegram, kata Kathleen Carley, profesor ilmu komputer di Universitas Carnegie Mellon dan ahli disinformasi.
“X menjadi penghubung antarplatform,” ujar Carley.
Berdasarkan laporan Center for Countering Digital Hate, setidaknya 87 unggahan Musk sepanjang tahun ini memuat klaim terkait pemilu AS yang telah dinyatakan salah atau menyesatkan oleh pemeriksa fakta, dengan jumlah penayangan mencapai 2 miliar.
Di Pennsylvania, salah satu dari tujuh negara bagian kunci, beberapa pengguna X keliru menafsirkan langkah administrator pemilu setempat dalam menandai formulir pendaftaran pemilih yang belum lengkap dan tidak dapat diproses.
Situasi tersebut disalahartikan sebagai bentuk intervensi pemilu, ungkap Philip Hensley-Robin, direktur eksekutif Pennsylvania di Common Cause, saat konferensi pers Senin lalu.
Common Cause adalah organisasi nonpartisan yang memperjuangkan transparansi pemerintahan dan hak suara bagi semua warga negara.
“Terjadi kecurangan pemilu, meskipun kami tahu pasti bahwa pejabat dan administrator pemilu di setiap daerah kami mematuhi aturan sehingga hanya pemilih sah yang dapat memberikan suara,” kata Hensley-Robin lewat akun X-nya.
Cyabra, firma yang menggunakan teknologi AI untuk mendeteksi disinformasi online, mengungkapkan pada Senin (4/11/2024) kemarin bahwa akun X dengan 117.000 pengikut menjadi salah satu penyebar utama video hoaks yang mengklaim surat suara Trump yang dikirim lewat pos di Pennsylvania dihancurkan.
Pihak X mengonfirmasi bahwa mereka telah mengambil tindakan terhadap sejumlah akun yang menyebarkan video tersebut.