Sekbernews.id – Disleksia adalah gangguan belajar spesifik yang terutama mempengaruhi kemampuan membaca, menulis, dan mengeja.
Gangguan ini bukan disebabkan oleh masalah intelektual, motivasi, atau penglihatan, melainkan gangguan perkembangan otak yang mempengaruhi pemrosesan bahasa.
Orang dengan disleksia memiliki kesulitan dalam menghubungkan simbol-simbol huruf dengan bunyi yang terkait dengannya, yang menyebabkan kesulitan dalam membaca dan menulis dengan lancar.
Disleksia bisa muncul pada anak-anak sejak usia dini, namun sering kali tidak terdiagnosis sampai usia sekolah. Pemahaman yang lebih baik mengenai disleksia dapat membantu orang tua, guru, dan tenaga profesional dalam mendukung anak dengan disleksia sehingga mereka bisa belajar secara efektif dan meraih potensi penuh mereka.
Penyebab Disleksia
Disleksia tidak disebabkan oleh masalah visual atau kecerdasan, tetapi terkait dengan bagaimana otak memproses bahasa. Penelitian menunjukkan beberapa faktor yang bisa berkontribusi pada perkembangan disleksia:
- Faktor Genetik: Disleksia cenderung diwariskan dalam keluarga. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki disleksia, ada kemungkinan yang lebih tinggi bahwa anak mereka juga akan mengalami disleksia. Beberapa gen yang terkait dengan perkembangan bahasa dan keterampilan membaca telah diidentifikasi sebagai faktor yang mungkin terkait dengan disleksia.
- Perbedaan dalam Struktur dan Fungsi Otak: Studi neuroimaging menunjukkan bahwa otak individu dengan disleksia berfungsi secara berbeda dalam area yang terlibat dalam pengolahan bahasa. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memetakan huruf menjadi bunyi, yang membuat membaca dan mengeja menjadi lebih sulit.
- Faktor Lingkungan: Kurangnya stimulasi bahasa di usia dini, gangguan pada perkembangan otak saat kehamilan, atau kondisi medis tertentu seperti kelahiran prematur dapat meningkatkan risiko disleksia. Paparan terhadap alkohol atau merokok saat kehamilan juga dapat berperan.
Gejala Disleksia
Gejala disleksia dapat bervariasi tergantung pada usia, namun beberapa tanda umum meliputi:
- Kesulitan Membaca: Anak-anak dengan disleksia sering kali lambat dalam belajar membaca. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengenali kata-kata umum, memahami hubungan antara huruf dan bunyi, atau membaca dengan lancar dan akurat.
- Kesulitan Mengeja: Disleksia sering kali mempengaruhi kemampuan mengeja. Anak-anak mungkin membuat kesalahan ejaan yang tidak konsisten atau membalikkan huruf dalam kata-kata.
- Kesulitan dalam Menulis: Menulis bisa menjadi tantangan karena disleksia dapat memengaruhi kemampuan untuk menulis huruf dengan benar dan mengatur kata-kata dalam kalimat.
- Keterlambatan dalam Bicara: Beberapa anak dengan disleksia mungkin mengalami keterlambatan dalam memulai berbicara atau kesulitan dalam mempelajari kata-kata baru dan mengingat nama benda.
- Kesulitan Memahami Instruksi: Individu dengan disleksia sering kesulitan mengikuti petunjuk verbal yang kompleks atau memproses informasi yang diberikan secara lisan.
Cara Mengatasi Disleksia
Meskipun disleksia tidak dapat disembuhkan, ada berbagai strategi dan intervensi yang dapat membantu individu dengan disleksia belajar lebih efektif dan mengatasi tantangan mereka:
- Pendekatan Pendidikan Khusus: Salah satu cara paling efektif untuk membantu anak dengan disleksia adalah dengan memberikan metode pengajaran yang khusus dirancang untuk mereka. Program multisensori yang mengintegrasikan visual, auditori, dan taktil (sentuhan) dapat membantu anak mempelajari huruf dan bunyi dengan lebih baik. Pendekatan seperti metode Orton-Gillingham, yang secara eksplisit mengajarkan fonem dan huruf, telah terbukti efektif.
- Penggunaan Teknologi Bantuan: Teknologi seperti perangkat lunak pembaca teks, aplikasi koreksi ejaan, atau perangkat yang dapat mengonversi suara menjadi teks dapat membantu orang dengan disleksia dalam membaca dan menulis.
- Bimbingan dan Dukungan Psikologis: Karena tantangan belajar yang dihadapi, anak dengan disleksia dapat merasa frustasi dan kehilangan kepercayaan diri. Konseling dan dukungan psikologis dapat membantu mereka mengatasi stres emosional, serta mengembangkan strategi koping yang sehat.
- Penyesuaian di Sekolah: Memberikan waktu ekstra dalam ujian, menggunakan bahan bacaan yang disesuaikan, atau menyediakan catatan yang telah ditulis sebelumnya dapat membantu anak dengan disleksia untuk lebih baik dalam proses pembelajaran.
- Latihan dan Pengulangan: Membantu anak untuk lebih sering membaca dan mengeja dengan bimbingan bisa memperkuat keterampilan mereka. Kesabaran dan konsistensi adalah kunci untuk membantu mereka mengembangkan kemampuan membaca yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Kesimpulan
Disleksia adalah gangguan belajar yang berhubungan dengan kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja, tetapi bukan disebabkan oleh kurangnya intelegensi atau motivasi.
Dengan intervensi pendidikan yang tepat dan dukungan dari keluarga serta profesional, individu dengan disleksia dapat mengatasi tantangan mereka dan meraih keberhasilan dalam kehidupan akademik maupun sosial.
Pemahaman yang lebih mendalam tentang disleksia dapat membantu mengurangi stigma dan mendorong pengembangan metode pembelajaran yang inklusif dan suportif.