Sekbernews.id – INDRAMAYU Celotehan Calon Bupati (Cabup) Lucky Hakim yang diduga menghina media lokal akhirnya berbuntut panjang. Ratusan jurnalis Indramayu dari berbagai media massa turun ke jalan berunjuk rasa, Selasa (19/11/2024).
Para jurnalis ini mengatasnamakan diri sebagai Forum Komunikasi Jurnalis Indramayu (FKJI). Mereka berkumpul di Graha Pers Indramayu (GPI) untuk memulai aksi protesnya.
Dengan membawa sejumlah spanduk, poster, dan berbagai alat peraga simbolik, para jurnalis ini melakukan long march ke gedung DPRD Indramayu dan berakhir di Kantor KPU Indramayu.
Salah satu koordinator lapangan FKJI, Hendra Sumiarsa, menjelaskan kedatangan massa ke DPRD Indramayu karena di gedung dewan ini ada dua partai pengusung Lucky Hakim, yakni Partai Nasdem dan PKS.
“Lucky Hakim telah membuat suasana Pilkada di Indramayu tidak kondusif dengan berbagai pernyataannya. Terakhir ia bilang tidak waras kepada media dan menganggap remeh media lokal,” terang Hendra dalam orasinya.
Koordinator lapangan yang lain, Urip Triandi, juga meminta Lucky Hakim melakukan klarifikasi terkait pernyataannya kemarin.
“Kami ingin meminta klarifikasi, baik secara langsung maupun video soal produk jurnalistik yang dilatarbelakangi oleh ketidakwarasan. Kami bertanya tidak waras seperti apa?” jelas Urip.
Massa kemudian menggelar spanduk petisi yang kemudian ditandatangani oleh para peserta aksi. Dan di tengah-tengah aksi kemudian hadir Ketua DPRD Indramayu, Haryono, menerima aspirasi massa.
“Sebagai wakil rakyat kami sangat menyayangkan hal-hal semacam ini terjadi. Harapan kami Pilkada ini damai dan menyenangkan,” ungkap Haryono.
Kedepan, pihaknya akan melakukan konsultasi terkait kejadian ini dengan KPU Kabupaten Indramayu. Sebagai Ketua DPRD, ia menerima dengan baik aspirasi yang disampaikan oleh para jurnalis ini.
Diketahui pernyataan Lucky Hakim yang menyinggun para jurnalis ini bermula dari sebuah video viral yang diunggah oleh pengguna TikTok @mimi.fina0.
Dalam video yang berdurasi 5 menit 21 detik ini Lucky Hakim dengan jelas menyebut bahwa produk-produk jurnalistik bermula dari ketidakwarasan. Bahkan ia meremehkan media lokal karena pembacanya sedikit.
“Kita bisa berkumpul dalam rangka menjaga kewarasan. Karena kewarasan menjadi barang yang amat mahal. Di teman-teman media pun banyak yang mulai tidak waras, dilihat di pemberitaan,” demikian kata Lucky.