Monday, November 25, 2024
HomePeristiwaBadai Tornado di Rancaekek Merupakan yang Pertama di Indonesia

Badai Tornado di Rancaekek Merupakan yang Pertama di Indonesia

Sekbernews.id – BANDUNG Sebuah badai tornado menerjang wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung, dan sebagian wilayah Sumedang pada Rabu (21/2/2024) sore, menyebabkan kerusakan serius pada sejumlah bangunan dan menimbulkan luka-luka pada 29 orang.

Pakar klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, menyebut bahwa angin kencang yang merusak banyak bangunan di kedua wilayah tersebut adalah hasil dari badai tornado.

Melalui akun Twitter pribadinya, Erma mengingatkan bahwa prediksi “extreme event” untuk tanggal 21 Februari 2023 telah dilakukan oleh KAMAJAYA, dan peristiwa ini sekarang dianggap sebagai tornado pertama yang tercatat di Indonesia.

“Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yang tercatat sebagai tornado pertama ini,” kicau Erma di Twitter.

Erma juga menjelaskan bahwa durasi bencana ini berlangsung lebih lama dibandingkan puting beliung biasa di Indonesia. Selain itu, dia menyoroti bahwa tornado memiliki skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas dibandingkan puting beliung.

“Efek tornado: beda dengan puting beliung, tornado punya skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas. Angin tornado minimal kecepatan mencapai 70 km/jam. Dalam kajian kami di BRIN, angin puting beliung terkuat: 56 km/jam,” tegasnya.

Meskipun demikian, Erma belum dapat memberikan data spesifik mengenai kecepatan angin, diameter, dan penyebab tornado tersebut. Tim periset BRIN dijadwalkan akan segera melakukan rekonstruksi dan investigasi lebih lanjut terkait peristiwa ini.

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung, Teguh Rahayu, menjelaskan bahwa munculnya angin puting beliung di Rancaekek dan Sumedang disebabkan oleh pertumbuhan awan cumulonimbus dan hujan lebat, disertai angin kencang dengan durasi singkat dan skala lokal.

Saat ini, kondisi suhu muka laut yang relatif hangat di sekitar wilayah Indonesia mendukung penambahan suplai uap air ke wilayah Jawa Barat dan sekitarnya.

“Pertumbuhan suplai uap air ini bersinergi dengan kelembapan udara di lapisan 850-500 mb yang relatif basah, yakni antara 45-95 persen,” ungkap Teguh Rahayu.

Terpantau adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatera yang mengakibatkan terbentuknya area netral poin dengan area pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi) serta belokan angin (shearline) berada di sekitar wilayah Jawa Barat.

Dasukihttps://sekbernews.id
Jurnalis Sekbernews.id yang menulis tentang berita-berita daerah di Indonesia.
Berita Terkait

terbaru